Imtaq merupakan wahana yang akan mengarahkan dunia pendidikan
menuju target yang dituju, yakni menciptakan generasi beriman dan
berilmu yang mampu bersaing dan beriman kepada Allah SWT. Imtaq (SQ)
akan menjadi peneguh karakter penerus bangsa guna menjaga nilai moral
bangsa di tengah era globalisasi.
Disiplin yang tinggi dan seimbang dapat menjadikan seseorang mampu
mengontrol segala sesuatu yang ada di sekelilingnya. Kemampuan tersebut
akan membawa seseorang menuju ke kepribadian yang bijaksana. Kebijaksanaan
itulah yang akan membuat seseorang mampu mengendalikan diri dan
lingkungannya, sebagai life skill yang kelak akan berguna saat dia harus terjun ke masyarakat.
Sedangkan prinsip iptek itu
sendiri yakni: konsep dasar sains, dan konsep dasar teknologi. Konsep
dasar sains mencakup unsur-unsur fundamental minimal: taraf dan keadaan
ilmu pengetahuan yang sekarang dan perkembangannya, aktivitas dinamis
yang berlandaskan konsep “heuristic” berkonotasi kepada upaya
pengungkapan atau penemuan diri, dan fungsi ilmu pengetahuan. Konsep
dasar teknologi mencakup unsur-unsur dasar minimal: makna teknologi,
taraf keadaan, jenis-jenis teknologi yang ada dan pemanfaatannya pada
saat ini, dan aktivitas dinamis berlandaskan konsep dinamis “creativity”
secara konkrit menciptakan atau memodifikasi teknologi sederhana yang
dapat ditemukan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kawasan
bahan ajar kedua tipe tersebut minimal mencakup pengembangan domain
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.
Iptek didukung oleh dua faktor dari pelaku iptek tersebut, yakni
IQ dan EQ. IQ (Intelligence Quastion) adalah tingkat kecerdasan dalam
menangkap sesuatu. Tingkat kecerdasan seorang anak yang ditentukan
secara metodik oleh IQ (Intellegentia Quotient) memegang peranan penting
untuk suksesnya anak dalam belajar. Menurut penyelidikan, IQ atau daya
tangkap seseorang mulai dapat ditentukan sekitar umur 3 tahun. Daya
tangkap sangat dipengaruhi oleh garis keturunan (genetic) yang dibawanya
dari keluarga ayah dan ibu di samping faktor gizi makanan yang cukup.
Kesuksesan yang ingin dicapai dibutuhkan bukan hanya “cognitive intelligence” tetapi juga “emotional intellegence”.
Emotional intellegence atau disingkat EQ adalah kemampuan merasakan,
memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai
sumber energi dan pengaruh yang manusiawi(Cooper dan Sawaf, 1998).
Ataupun kemampuan untuk untuk mengendalikan hal-hal negatif seperti
kemarahan dan keragu-raguan atau rasa kurang percaya diri dan juga
kemampuan untuk memusatkan perhatian pada hal-hal positif seperti rasa
percaya diri dan keharmonisan dengan orang-orang disekeliling.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar